Makhluk Misterius Di Indonesia?
17.00
By
DONNY DRONE
Misterius
0
komentar
Berikut adalah makhluk-makhluk Misterius yang disinyalir
ada di Indonesia, dan keberadaannya hingga saat ini belum ada tanda
yang pasti, selain informasi terdahulu yang tentu saja belum
terjangkau oleh alat perekam seperti era sekarang. Saya meyakini Anda
mungkin sudah familier di telinga dengan kata-kata atau makhluk-makhluk
berikut ini sebelumnya.
1. Ahool
Ahool adalah monster terbang yang berbentuk seperti kelelawar raksasa,
beberapa sumber menyebutkan seekor Pterodactil yang tinggal di hutan
di Pulau Jawa, seperti halnya monster-monster misterius lainnya, belum
ada bukti nyata dara para ilmuwan yang bisa membuktikan keberadaan
monster ini.
Mahluk ini pertama kali terlihat oleh Dr. Ernest Bartels ketika menjelajahi gunung salak yang berada di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat. untuk lebih jelas mengenai Ahool dalam versi engglish bisa klik di sini
Mahluk ini pertama kali terlihat oleh Dr. Ernest Bartels ketika menjelajahi gunung salak yang berada di Pulau Jawa tepatnya Jawa Barat. untuk lebih jelas mengenai Ahool dalam versi engglish bisa klik di sini
2. Batutut
Batutut atau Ujit
termasuk salah satu hewan Cryptozoology yang konon mirip Bigfoot,
penampakannya disekitar Cagar Alam Vu Quang Vietnam, Laos dan
Kalimantan, Indonesia.
Pertama kali ditemukan oleh Penjelajah Prancis pada tahun 1947 dan diteliti oleh Dr John MacKinnon pada tahun 1970.
Beberapa sumber mengatakan bahwa Batutut merupakan populasi Homo Erectus yang mampu bertahan hidup.
3. Dingiso
Dingiso (Dendrolagus mbaiso) Dikenal
juga sebagai Bondegezou merupakan spesies Kangguru pohon dari endemik
sekitar Papua Barat, Indonesia. Penampakan di kawasan Pegunungan
Sudirman pada ketinggian 3250-4200 meter di atas permukaan laut.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1987, oleh Dr Tim Flannery dari
Australia. film dokumenter tentang Dingiso pertama kali diputar pada
tahun 2009 oleh BBC Pasifik selatan setelah melakukan pencarian selama
11 hari dan dibantu oleh masyarakat sekitar. Penelitian dan Klasifikasi
Dingiso ini masih terus dilakukan.
4. Ebu Gogo
Ebu Gogo
adalah makhluk seperti manusia yang muncul pada mitologi penduduk
pulau Flores, Indonesia, yang memiliki bentuk yang mirip dengan
leprechaun atau peri. "Orang kecil" tersebut dikatakan memiliki tinggi
satu meter, ditutupi rambut, periuk-berperut, dan dengan telinga yang
menjulur. Mereka berjalan agak kikuk dan sering "berbisik" yang
dikatakan sebagai bahasa mereka. Penduduk pulau juga berkata bahwa Ebu
Gogo dapat mengulangi apa yang mereka katakan.
5. Orang Pendek atau Yeti
Orang Pendek
adalah nama yang paling umum diberikan untuk cryptid yang dilaporkan
hidup di hutan-hutan pulau Sumatra. Binatang ini telah dilihat dan
didokumentasikan selama 100 tahun oleh penghuni hutan, penduduk desa,
kolonis Belanda, dan ilmuwan dan pengelana Barat. Konsensus antara saksi
adalah binatang itu merupakan primata bergerak yang hidup di tanah
dan ditutupi oleh bulu pendek dan memiliki tinggi sekitar 80 cm dan
150 cm.
6. Orang Bati
Orang Bati
adalah hewan yang berada di legenda Pulau Seram. Hewan ini memiliki
tubuh seperti manusia dan bersayap seperti kelelawar. Diceritakan bahwa
ia tinggal di gunung Kairatu dan suka menculik anak kecil untuk
disantap.
7. Orang Gadang
Orang Gadang
merupakan hewan Cryptid berbentuk Primata Raksasa Misterius dari
Sumatera. Dikenal juga dengan nama "Great Man" atau "Giant Mias".
Beberapa sumber mengatakan Orang Gadang berdiri tegak memiliki
ketinggian antara 7,5 sampai 12 kaki atau sekitar 2-4 meter.
8. Veo
Veo adalah hewan Cryptid
asal pulau Rinca dan digambarkan oleh Carl Shuker dalam buku The
Beasts That Hide from Man: Seeking the World's Last Undiscovered
Animals mirip Teringgiling tapi ukurannya sebesar kuda.
Dalam Wikipedia dijelaskan. The Veo (Manis cryptus) is a cryptid described in The Beasts That Hide from Man: Seeking the World's Last Undiscovered Animals[1]
by Karl Shuker as living on the island of Rintja (Rinca) and
resembling other pangolins, or scaly ant-eaters. This creature is
reported to be as big as a horse. No modern Pangolin approaches that
size but on the nearby islands of Java and Borneo, large pangolins of
up to 8 feet did once live.
Sightings
of the Cryptid have linked them to relic dinosaurs, particularly the
stegosaurus or the ankylosaurus due to superficial similarities.
The
Veo is described as being a nocturnal, mountain-dwelling creature,
subsisting on a diet of ants and termites. Cryptozoologists have
suggested that the Veo may represent a relict population of the extinct Manis paleojavanicus.
9. Ikan Coelacanth
Ikan Coelacanth,
Ikan yang disangka sudah punah ternyata ditemukan hidup di perairan
Sulawesi. Ikan tersebut bernama Coelacanth yang berasal dari kata-kata
Yunani ”coelia” (berongga) dan ”acanthos” (duri), yang berarti ikan
dengan duri berongga. Berdasarkan catatan sejarah, ikan coelacanth hidup
pertama kali ”ditangkap” kalangan ilmiah pada tanggal 23 Desember
1938, ketika Kapten Hendrick Goosen mendapatkannya dari Laut India, tak
jauh dari mulut sungai Chalumna. Oleh Marjorie Courtenay-Latimer –
seorang kurator museum di East London, Afrika Selatan – ikan tersebut
diserahkannya kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B.
Smith.
Pada 1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan Coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan yang oleh nelayan disebut ”raja laut” itu kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Edmann. Bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari LIPI, Mark menerbitkan temuannya di majalah ilmiah Nature, 1998.
Pada 1998 atau enam puluh tahun sejak temuan pertama, seekor ikan Coelacanth tertangkap jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara. Ikan ini sudah dikenal lama oleh para nelayan setempat, namun belum diketahui keberadaannya oleh dunia ilmu pengetahuan. Ikan yang oleh nelayan disebut ”raja laut” itu kemudian dikirimkan kepada seorang peneliti Amerika yang tinggal di Manado, Mark Edmann. Bersama dua koleganya, R.L. Caldwell dan Moh. Kasim Moosa dari LIPI, Mark menerbitkan temuannya di majalah ilmiah Nature, 1998.
Sebenarnya
beberapa coelacanth sudah diidentifikasi oleh para ilmuwan, seperti
coelacanth (Latimeria chalumnae Smith) yang terdapat di Kepulauan
Komoro. tetapi menurut penelitian lebih lanjut dapat dipastikan bahwa
coelacanth yang berasal dari Sulawesi, Indonesia merupakan jenis ikan
purbakala yang dipastikan sudah punah. Oleh karena itu perlu
dipertanyakan bagaimana cara ikan ini dapat bertahan hidup hingga saat
ini.
Demikian, sedikit tidaknya menambah wawasan kita. jika dirasa manfaat silahkan share ke rekan Anda.
Sumber Pelengkap : wikipedia, dan berbagai berita.
samudrabirucinta.blogs.com
Demikian, sedikit tidaknya menambah wawasan kita. jika dirasa manfaat silahkan share ke rekan Anda.
Sumber Pelengkap : wikipedia, dan berbagai berita.
samudrabirucinta.blogs.com
0 komentar: